Indeks Penelitian Indonesia Masih Rendah

25-11-2019 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI Arkanata Akram. Foto : Husen/mr

 

Indeks penelitian di Indonesia dinilai masih rendah. Para peneliti Indonesia tertinggal jauh dari para peneliti di negara-negara lain. Ada H-Indeks sebagai indikator hasil penelitian. Anggota Komisi VII DPR RI Arkanata Akram menyarankan, untuk meningkatkan indeks, penelitian di Indonesia bisa diarahkan ke penelitian 4.0 dengan menggunakan simulasi komputer.

 

“Bicara daya saing penelitian antara LIPI sebagai lembaga penelitian dari Indonesia dengan lembaga penelitian lain dari negara luar, maka kita kekurangan. Itu ditandai dengan H-Indeks yang tertinggi hanya 10. Padahal, minimal 18 untuk mendapat title professorship di kancah internasional,” kata Arkanata usai mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA), LIPI, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (22/11/2019).

 

Untuk meningkatkan daya saing penelitian, politisi Partai NasDem itu mengimbau agar mengarahkan penelitian ke 4.0 yang menggunakan simulasi komputer. Maksudnya, semua laboratorium basah atau yang menggunakan eksperimen dipindahkan ke dalam bentuk simulasi komputer (machine learning). Lab basah sendiri dalam dunia penelitian biasnya digunakan untuk menangani berbagai bahan kimia dan punya potensi bahaya basah. Untuk itu, lab perlu dirancang secara khusus.

 

Saat ini di Indonesia masih jarang menggunakan simulasi komputer untuk penelitian bidang ilmu pengetahuan alam. Penelitian ini sangat murah. “Kebanyakan kita masih menggunakan lab eksperimen yang basah. Jarang sekali di Indonesia ini menggunakan machine learning untuk bidang ilmu pengetahuan alam. Machine learning banyak dikembangkan di Indonesia dalam penelitian sosial, politik, dan ekonomi. Tapi untuk penelitian bidang ilmu pengetahuan alam kita masih ketinggalan,” jelasnya.

 

Sementara itu, masih kata legislator dapil Kalimantan Utara ini, bicara akses hasil penetian bagi masyarakat, mungkin ada baiknya semua hasil penelitian LIPI diumumkan di sebuah website untuk memudahkan masyarakat mengaksesnya. Di beberapa negara lain, hal ini sudah biasa. Seperti di Australia, lembaga penelitiannya membuka akses bagi masyarakat. Jadi, tidak hanya produk, tapi ilmunya pun bisa didapat masyarakat. (mh/sf)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...